Soft Systems Methodology (SSM) yang termasuk dalam
penelitian tindakan dapat digunakan untuk keperluan research interest, problem
solving interest, atau bisa juga keduanya (dual imperative) (Hardjosoekarto,
2012; McKay dan Marshall, 2001). Research Interest berangkat dari factual issue
dalam suatu teori tertentu (theoritical issue), sedangkan problem solving
interest berangkat dari factual issue yang terjadi dalam real world (Hardjosoekarto,
2012). Saat ini telah berkembang penelitian SSM yang berada diantara kutub Research
Interest dan problem solving interest.
Soft Systems Methodology (SSM) terdiri dari 7 (tujuh)
tahapan yang saling berhubungan. Berkaitan dengan pengimplementasian SSM,
Checkland dan Poulter (2006) memaparkan bahwa proses dasar SSM merupakan suatu
siklus pembelajaran yang dimulai dari mencari situasi problematik dan
menentukan tindakan untuk melakukan perbaikan atas permasalahan yang dikenal
sebagai proses dasar SSM.
Langkah-langkah dalam SSM meliputi tujuh tahapan
sebagaimana juga dikenal sebagai seven stage model of SSM, yaitu:
Tahap pertama. Problem situation considered problematic.
Menemukan situasi masalah yang tak terstruktur (unstructured problem), Analis
belum bisa melihat secara jelas pada tahap ini, baik identitas pemangku
kepentingan atau masalah, konflik, inspirasi, kepercayaan, sikap, kebiasaan dan
hubungan antar manusia (formal dan informal) yang terjadi pada saat itu dalam
situasi tersebut. Tidak jelas juga tentang kekuatan struktur, tipe hubungan
formal dan informal, dan proyeksi historical intervensi terhadap situasi
tersebut.
Tahap kedua. Problem situation ekspressed.
Menstrukturkan situasi masalah (structured problem), seluruh elemen dikaitkan
untuk membentuk struktur situasi masalah. Situasi diekspresikan dalam rich
picture, yang harus dapat menjawab: struktur, proses, iklim, orang, isu yang
diekspresikan oleh orang tersebut, dan konflik.
Tahap ketiga. Root definitions of relevant purposeful
activity systems. Menentukan root definitions dari sistem yang relevan, untuk
mengambarkan proses transformasi dan perubahan situasional yang dibuat di dunia
nyata. Root definition memberikan pernyataan elemen, fungsi dan tujuannya di
dalam system.
Tahap keempat. Conceptual models of the systems
(holons) named in the root definition menyusun model konseptual, disiapkan untuk
menunjukkan tujuan dari system yang diperlukan. Masalah-masalah dan tugas utama
diambil dari rich picture menjadi dasar untuk mendefinisikan apa yang disebut
'sistem relevan'
Tahap kelima. Comparison of models and real world.
Membandingkan konseptual model dengan situasi masalah yang terstuktur.
Checkland (1981) menjelaskan bahwa ada empat cara untuk melakukan komparasi,
yaitu: diskusi informal, pertanyaan formal, penulisan skenario berdasarkan
serba sistem aktivitas manusia (human activity systems) yang ada, dan membuat
model dunia nyata dengan menggunakan struktur yang sama dengan model konseptual.
Tahap keenam. Changes: Systematically desirable,
culturally feasible. Menentukan perubahan yang diinginkan dan mungkin dilakukan
(feasible and desirable change) dengan mempertimbangkan systematically
desirable, culturally feasible. Setelah melakukan diskusi dan penelitian untuk
membandingkan conceptual model dengan perceived reality, langkah selanjutnya
adalah merumuskan rekomendasi atas perubahan atau tindakan apa saja yang
diperlukan untuk menangani masalah yang ada. Rekomendasi tersebut biasanya
digambarkan sebagai systematically desirablel dan
culturally feasiblel untuk mendukung perubahan yang
ingin diciptakan peneliti yaitu theoretical research practice atau research
interest.
Tahap ketujuh. Action to improve the problem situation.
Melakukan tindakan untuk meningkatkan atau memperbaiki situasi masalah. Tahap
1-2, dan tahap 5-7 termasuk dalam tahap pencarian (finding out) yang merupakan reality
atau perception about realworld. Tahap 3 dan tahap 4 termasuk ke dalam tahap
berpikir sistem (system thinking) yang merupakan actuality atau feeling about
realworld.
Tidak ada komentar