Scenario planning merupakan upaya untuk
membangun strategi besar – yang seringkali dikatakan sebagai grand strategy, induk dari blue print, atau terjemahan dari world view – yang diperlukan oleh aktor
atau agency untuk secara aktif dan
kreatif membentuk masa depan yang dicita-citakan. Dengan kata lain, scenario
planning seharusnya menjadi dasar pokok dari penyusunan, pelaksanaan dan
evaluasi kinerja kebijakan – baik pada tingkat konstitusi, undang-undang,
peraturan-peraturan pelaksanaan, maupun program dan proyek – serta pembuatan
desain struktural-fungsional administrasi publik sebagai pelaksanaannya. Sebab,
scenario planning adalah suatu proses manajemen strategik yang dilakukan
untuk mengembangkan serangkaian kondisi, model atau pranata masa depan yang
mungkin terjadi dalam sebuah lingkungan sistemik dan dinamis. Seperti
disampaikan dalam tabel di atas, scenario planning mempunyai perspektif
jangka panjang, plural, kuantitatif dan kualitatif, serta mementingkan dampak
masa depan. Scenario planning bukan merupakan bagian melainkan menjadi
dasar atau kerangka utama dari perencanaan strategik.
Secara metodologis, pelaksanaan scenario planning
yang bertujuan untuk membangun opsi-opsi sejarah masa depan (future history) membutuhkan analisis dan
paparan yang menyeluruh tentang analisis terhadap perkembangan berbagai
peristiwa, kecenderungan dan kemungkinan pilihan-kondisional. Maka, scenario
planning yang solid hanya akan dapat dihasilkan jika terdapat input berupa
analisis kinerja kebijakan yang berujung pada penentuan faktor-faktor dari scenario
planning itu sendiri. Berdasarkan pada konsep sejarah masa depan ini, scenario
planning dapat memberikan kemanfaatan strategis dalam mengatasi masa depan
yang ditandai dengan ketidak-pastian, mengatasi ketidak-efektifan dalam
pelaksanaan kebijakan, perumusan berbagai kebijakan dan administrasi publik
yang tidak strategis, penerapan paradigma-paradigma jangka pendek yang tidak
sensitif terhadap masa depan, serta dampak negatif dari perubahan-perubahan
kebijakan dan politik yang incremental,
drastik dan miopik
Untuk melaksanakan scenario planning yang
solid dan memberikan hasil yang diharapkan, terdapat paling tidak tiga
komponen-sekuensial yang perlu dipenuhi. Pertama, langkah yang paling mendasar
dan menjadi prakondisi scenario planning adalah analisis tentang kondisi
sistemik yang dihadapi. Dalam penelitian ini, analisis tentang kondisi sistemik
yang dimaksud adalah pada kasus pengelolaan kawasan perbatasan. Kedua,
berdasarkan pada analisis tentang kondisi sistemik tersebut selanjutnya
dirumuskan faktor-faktor penentu dan opsi-opsi skenario mulai dari yang paling
baik sampai yang paling buruk. Ketiga, ketika salah satu skenario yang paling
baik telah ditentukan, maka dapatlah disusun strategi dan kendali untuk
pelaksanaan atau penerapannya.
Tidak ada komentar