Van de Vend dan Poole (2005:1378) lebih
mendefinisikan organisasi sebagai entitas sosial atau struktur yang
mempertahankan identitas masing-masing anggotanya. Menurut Aldrich dan Ruef
(2006:2), organisasi disebut sebagai sistem sosial yang dibangun dari aktivitas
manusia dan diarahkan pada suatu tujuan tertentu. Seiring perkembangan waktu,
kajian mengenai teori organisasi juga ikut berkembang. Perkembangan teori
organisasi tersebut berbanding lurus dengan tuntutan manajemen.
Pada awalnya, tuntutan tersebut masih bersifat
sederhana. Dalam hal ini, perkembangan teori organisasi diawali dengan
munculnya teori organisasi klasik. Menurut teori ini, organisasi
divisualisasikan sebagai sekompok orang yang membentuk lembaga. Pada
masing-masing bagian dari organisasi, terdapat spesialisasi dan sentraliasi
dalam tugas dan wewenangnya. Menurut teori organisasi klasik, organisasi
dipandang sebagai struktur hubungan, kekuasaan-kekuasaan, tujuan-tujuan,
peranan-peranan, kegiatan-kegiatan, komunikasi, dan faktor-faktor lain ketika
orang-orang melakukan kerja sama.
Organisasi dalam pandangan teori organisasi
klasik lebih menekankan pada hal-hal yang sifatnya prosedural. Organisasi digambarkan sebuah lembaga yang
tersentralisasi dan tugas-tugasnya terspesialisasi serta memberikan petunjuk
mekanistik struktural yang kaku tidak mengandung kreatifitas (Budi, n.d.). Oleh
karenanya, teori organisasi klasik juga biasa disebut dengan “teori mesin”. Max
Weber, Henry Fayol, dan FW Taylor merupakan tokoh-tokoh yang mencetuskan teori
organisasi klasik ini.
Dalam perkembangannya, teori organisasi
klasik mendapatkan kritik. Hal itu karena teori organisasi klasik dinilai
sangat kaku dan mengabaikan aspek manusiawi. Dari kritik tersebut, muncullah
aliran teori organisasi berikutnya, yaitu aliran Neoklasik. Aliran ini biasa
juga disebut dengan “Teori Hubungan Manusiawi”. Aliran Neoklasik memberi
perhatian kepada hal yang sebelumnya dipandang tidak diperhatikan oleh teori
organisasi klasik, yaitu terhadap aspek psikologis dan sosial anggota
organisasi, baik sebagai individu maupun kelompok kerja.
Elton Mayo (1927) menjadi penggagas dari aliran
Neoklasik. Dalam hal ini, Elton Mayo memandang bahwa tugas-tugas yang ada dalam
sebuah organisasi harus memperhatikan aspek manusia. Oleh karena itu, menurut
pandangan aliran Neoklasik, pembagian kerja dalam sebuah organisasi membutuhkan
partisipasi, perluasan kerja, dan manajemen yang sifatnya bottom-up.
Dalam perkembangannya, teori organisasi klasik
dan neoklasik ternyata dinilai belum memuaskan tuntutan manajemen modern. Oleh
karena itu, sekitar tahun 1950-an muncul teori organisasi yang disebut “Teori
Organisasi Modern”. Menurut pandangan teori ini, bahwa semua unsur yang ada
dalam sebuah organisasi merupakan satu kesatuan. Unsur-unsur tersebut saling
bergantung satu sama lain dan tidak dapat dipisahkan.
Teori Organisasi Modern memandang bahwa
organisasi bukan merupakan sebuah sistem tertutup yang berkaitan dengan
lingkungan yang stabil. Akan tetapi, menurut pendangan teori ini, organisasi
merupakan sistem terbuka yang berkaitan dengan lingkungan yang cenderung selalu
berubah. Oleh karena itu, apabila sebuah organisasi ingin bertahan, maka
organisasi tersebut harus mampu beradaptasi dengan lingkungan.
Tidak ada komentar